Sabtu, 20 Desember 2014

Sejarah Awal Pesantren

Batu Nisan Hamzah Fansuri
Untuk dapat mengetahui sejauh mana kualitas Islam serta lembaga pesantren pada periode antara tahun 1200 dan 1650 sangat berkualitas dapat dijelaskan melalui suatu rekonstruksi sebagai berikut.
Pertama, Eropa pada abad ke-14 dan ke-15, bukanlah kawasan yang paling maju di Dunia. Bahkan kekuatan besar yang sedang berkembang di India dan Asia Tenggara pada abad ke-15, 16 dan awal 17 adalah Islam. Sementara itu, catatan-catatan harian para pengelana Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda perlu di kritisi karena pada abad ke-16 dan 17 tersebut mereka sedang mabuk kemenangan menikmati keunggulan teknologi persenjataan dan taktik-taktik peperangan mengalahkan kesultanan-kesultanan di Nusantara.
Kedua, kualitas Islam dan kualitas lembaga pendidikan yang tinggi di mulai pertengahan abad ke-10, tetapi tradisi menulis di Indonesia masih sangat lemah. Barus (salah satu kota tertua di Indonesia), antara pertengahan abad ke-9 dan akhir abad ke-14, merupakan Bandar Metropolitan yang menjadi awal terbangunnya pusat pendidikan Islam.
Ketiga, proses terpilihnya Islam sebagai Agama baru di Nusantara setelah rakyat kecewa atas melemahnya imperium Majapahit  setelah ditinggalkan oleh Patih Gajah Mada pada tahun 1356. Disamping itu, peralihan ke agama dan peradaban baru tidak mungkin dapat dilakukan bila para penganjur agama Islam dan pemimpin-pemimpin pendiri kesultanan di berbagai kota-kota pantai bukan pemikir-pemikir yang berkualitas tinggi. Bukti-bukti ketinggian pemikiran mereka itu kini mulai terungkap sebagai berikut :
Tim Arkeologi Indonesia-Prancis selama lima tahun (1998-2003), telah melakukan panggailan dan penelitian situs Barus di Sumatera Utara dan diketahui bahwa antara abad ke-9 dan 14, Barus menjadi Bandar Metropolitan. Berbagai ideologi dan agama berpapasan di Barus. Sebagian penduduk Barus beragama Hindu Brahma, Buddha, Kristen, Yahudi dan Islam. Kini, tempat pertemuan budaya yang luar biasa itu meninggalkan sejumlah kuburan orang Islam lama lengkap dangan inskripsi yang tersebar di beberapa kuburan yang tidak berjauhan. Kebanyakan pekuburan itu berasal dari abad ke-14 dan awal ke-15, dan beberapa adalah orang-orang bergelar Syekh. Nama-nama kompleks kuburan itu antara lain : Mahligai, Tuan Ambar, dan Papan Tinggi. Mereka mengajar, bermukim dan mendirikan pusat pendidikan Islam (pesantren).
Selain itu, Guillot & Kallus menemukan inskripsi pada nisan Hamzah Fansuri di pangkalan data thesaurus d’epigraphie islamique. Penemuan itu sangat menarik dan penting karena batu nisan budayawan agung nusantara itu ditemukan bukan di pekuburan di Barus melainkan di pekuburan Bab al-Ma’la di Mekah saat inskripsinya disalin pada tahun 1934. Kealiman dan kemasyhuran Hamzah Fansuri sebagai budayawan agung Nusantara memungkinkan dirinya berhasil menjadi guru besar yang dihormati di Masjidil Haram di Mekah. Teks di batu nisan itu tertulis sebagai berikut :


بسم الله الرحمن الرحيم الحى الا ان اوليء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون هذا قبر الفقير الى الله تعالى سيدنا الشيخ العابد الناسك الزاهد الشيخ المرابط معدن الحقيقة الشيخ حمزة بن عبد الله الفنصور تغمده الله برحمته و اسكنه فسيح جنته آمين انتقل بالوفاء الى الله تعالى فجر يوم الخميس المبارك التاسع من شهرالله رجب الفرد الحرام عام ثلاثة و ثلا ثين و تسعمائة من الهجرة النبوية على صاحبها افضل الصلوة وازكى التحية و ايد
 

 
Arti teks : Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah yang Maha Hidup.”Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak mempunyai rasa takut dan tidak pula mempunyai rasa sedih.” Ini kubur Sang Faqir (menghadap) Allah Ta’ala, Sayyidina as-Syaikh , pengabdi, penyembah Allah, sangat zahid, al-syaikh al-murabith (pejuang diperbatasan yang penuh tekad ); tambang hakikat Ilahi, al-syaikh Hamzah bin Abdullah al-Fansuri. Semoga Allah menganugrahi rahmat-Nya dan menerima dalam surga-Nya! Amiin! Dia dipulangkan , oleh kesetiaan (kepangkuan) Allah Ta’ala saat fajar kamis penuh berkah, hari ke 9 bulan Allah Rajab yang Esa lagi Suci, tahun 933 (11 april 1527) dari Hijrahnya Nabi. Kepada sahabatnya sebaik-baik berkah dan selamat terluhur, semoga hadir.
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa Barus telah berkembang menjadi Bandar kosmopolitan dari pertengahan abad ke-10 sampai abad ke-15, juga menjadi pusat pendidikan agama Islam di Nusantara. Kebanyakan inskripsi pada batu nisannya berbahasa Arab, dan sebagian kecil berbahasa Parsi. Dengan demikian, Hamzah Fansuri yang lahir di Barus pada pertengahan abad ke-15 dapat menguasai bahasa arab dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Pada abad-abad itu Islam sedang berkembang sebagai kekuatan yang besar dan menjadikan Indonesia kawasan yang paling dinamis yang diabadikan oleh Anthony Reid dalam bukunya Southeast Asia in the Age of Commerce dan Barus terkenal sebagai eksportir minyak wangi barus (bukan kapur barus) yang sangat disukai oleh pangeran dan bangsawan Arab Parsi dan China. Bangsawan Cina menyukai minyak wangi Barus itu sejak abad ke-6.
Karena pengguna minyak wangi Barus adalah para pangeran-pangeran dari negeri-negeri yang paling maju dan paling dinamis pada abad-abad itu, dapat dipastikan harganya sangat mahal dan hanya orang-orang kaya serta pedagang yang bermodal saja yang terlibat dalam transaksi perdagangan komoditas untuk kaum elit tersebut; dan sesuai dengan tradisi yang berkembang di dunia Muslim , para pedagang Muslim di Barus menyediakan amal jariyah bagi ulama’ yang bersedia  menemani para pedagang untuk tinggal dan mengembangkan aktifitas pendidikan dan pengajaran Islam di Negeri yang jauh, Barus.
Dapat dipastikan bahwa syekh-syekh yang menyertai pedagang itu ulama’ yang tinggi ilmu pengetahuannya, karena dalam kurun waktu sekitar 200 tahun telah dapat menumbuhkan Kesultanan Lamreh yang lahir diwilayah ini menjelang tahun 1200. Oleh karena itu, sebagai bagian dari studi kepesantrenan, situs Barus menjadi sangat penting karena situs tersebut dapat mengungkap awal berdirinya lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang dalam proses panjang melahirkan ulama’ dan tokoh-tokoh yang mengubah bangsa Indonesia dari semula beragama Hindu Buddha menjadi penduduk Muslim terbesar di dunia (214 juta jiwa pada tahun 2011).
Proses terbangunnya pemukiman di pantai-pantai menyebabkan lahirnya lembaga-lembaga pesantren dan menumbuhkan sejumlah ibukota kesultanan. Karena yang diketahui paling tua adalah Kesultanan Lamreh pada sekitar tahun 1200 di wilayah Sumatera Utara maka tahun 1200 dijadikan Ricklefs sebagai tahun awal berkembangnya kesultanan Islam. Awal proses berkembangnya kesultanan-kesultanan itu akhirnya merata ke seluruh kepulau Nusantara. Dengan demikian, Lamreh menjadi titik tolak berkembangnya”Sejarah Indonesia Modern” yang Islami serta menjadi unit koheren yang berkelanjutan hingga sekarang. Sejarah dunia mencatat Indonesia sebagai negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia.( Zamakhsyari Dhofier )


0 komentar:

Posting Komentar