Batu Nisan
Hamzah Fansuri
Untuk dapat mengetahui
sejauh mana kualitas Islam serta lembaga pesantren pada periode antara tahun
1200 dan 1650 sangat berkualitas dapat dijelaskan melalui suatu rekonstruksi
sebagai berikut.
Pertama, Eropa
pada abad ke-14 dan ke-15, bukanlah kawasan yang paling maju di Dunia. Bahkan
kekuatan besar yang sedang berkembang di India dan Asia Tenggara pada abad
ke-15, 16 dan awal 17 adalah Islam. Sementara itu, catatan-catatan harian para
pengelana Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda perlu di kritisi karena pada
abad ke-16 dan 17 tersebut mereka sedang mabuk kemenangan menikmati keunggulan
teknologi persenjataan dan taktik-taktik peperangan mengalahkan
kesultanan-kesultanan di Nusantara.
Kedua, kualitas
Islam dan kualitas lembaga pendidikan yang tinggi di mulai pertengahan abad
ke-10, tetapi tradisi menulis di Indonesia masih sangat lemah. Barus (salah
satu kota tertua di Indonesia), antara pertengahan abad ke-9 dan akhir abad
ke-14, merupakan Bandar Metropolitan yang menjadi awal terbangunnya pusat
pendidikan Islam.
Ketiga, proses
terpilihnya Islam sebagai Agama baru di Nusantara setelah rakyat kecewa atas
melemahnya imperium Majapahit setelah
ditinggalkan oleh Patih Gajah Mada pada tahun 1356. Disamping itu, peralihan ke
agama dan peradaban baru tidak mungkin dapat dilakukan bila para penganjur
agama Islam dan pemimpin-pemimpin pendiri kesultanan di berbagai kota-kota
pantai bukan pemikir-pemikir yang berkualitas tinggi. Bukti-bukti ketinggian
pemikiran mereka itu kini mulai terungkap sebagai berikut :
Tim Arkeologi Indonesia-Prancis
selama lima tahun (1998-2003), telah melakukan panggailan dan penelitian situs
Barus di Sumatera Utara dan diketahui bahwa antara abad ke-9 dan 14, Barus
menjadi Bandar Metropolitan. Berbagai ideologi dan agama berpapasan di Barus.
Sebagian penduduk Barus beragama Hindu Brahma, Buddha, Kristen, Yahudi dan Islam.
Kini, tempat pertemuan budaya yang luar biasa itu meninggalkan sejumlah kuburan
orang Islam lama lengkap dangan inskripsi yang tersebar di beberapa kuburan
yang tidak berjauhan. Kebanyakan pekuburan itu berasal dari abad ke-14 dan awal
ke-15, dan beberapa adalah orang-orang bergelar Syekh. Nama-nama kompleks
kuburan itu antara lain : Mahligai, Tuan Ambar, dan Papan Tinggi. Mereka
mengajar, bermukim dan mendirikan pusat pendidikan Islam (pesantren).
Selain itu,
Guillot & Kallus menemukan inskripsi pada nisan Hamzah Fansuri di pangkalan
data thesaurus d’epigraphie islamique. Penemuan itu sangat menarik dan
penting karena batu nisan budayawan agung nusantara itu ditemukan bukan di
pekuburan di Barus melainkan di pekuburan Bab al-Ma’la di Mekah saat
inskripsinya disalin pada tahun 1934. Kealiman dan kemasyhuran Hamzah Fansuri
sebagai budayawan agung Nusantara memungkinkan dirinya berhasil menjadi guru
besar yang dihormati di Masjidil Haram di Mekah. Teks di batu nisan itu
tertulis sebagai berikut :
بسم الله الرحمن الرحيم الحى الا ان اوليء الله
لا خوف عليهم ولا هم يحزنون هذا قبر الفقير الى الله تعالى سيدنا الشيخ العابد
الناسك الزاهد الشيخ المرابط معدن الحقيقة الشيخ حمزة بن عبد الله الفنصور تغمده
الله برحمته و اسكنه فسيح جنته آمين انتقل بالوفاء الى الله تعالى فجر يوم الخميس
المبارك التاسع من شهرالله رجب الفرد الحرام عام ثلاثة و ثلا ثين و تسعمائة من
الهجرة النبوية على صاحبها افضل الصلوة وازكى التحية و ايد
Arti teks : Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Dia-lah yang Maha Hidup.”Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu,
tidak mempunyai rasa takut dan tidak pula mempunyai rasa sedih.” Ini kubur Sang
Faqir (menghadap) Allah Ta’ala, Sayyidina as-Syaikh , pengabdi, penyembah
Allah, sangat zahid, al-syaikh al-murabith (pejuang diperbatasan yang penuh
tekad ); tambang hakikat Ilahi, al-syaikh Hamzah bin Abdullah al-Fansuri. Semoga Allah menganugrahi rahmat-Nya dan
menerima dalam surga-Nya! Amiin! Dia dipulangkan , oleh kesetiaan (kepangkuan) Allah
Ta’ala saat fajar kamis penuh berkah, hari ke 9 bulan Allah Rajab yang Esa lagi
Suci, tahun 933 (11 april 1527) dari Hijrahnya Nabi. Kepada sahabatnya sebaik-baik berkah dan selamat terluhur, semoga
hadir.
Dengan demikian
dapat dipastikan bahwa Barus telah berkembang menjadi Bandar kosmopolitan dari
pertengahan abad ke-10 sampai abad ke-15, juga menjadi pusat pendidikan agama
Islam di Nusantara. Kebanyakan inskripsi pada batu nisannya berbahasa Arab, dan
sebagian kecil berbahasa Parsi. Dengan demikian, Hamzah Fansuri yang lahir di Barus
pada pertengahan abad ke-15 dapat menguasai bahasa arab dan ilmu-ilmu keislaman
lainnya. Pada abad-abad itu Islam sedang berkembang sebagai kekuatan yang besar
dan menjadikan Indonesia kawasan yang paling dinamis yang diabadikan oleh
Anthony Reid dalam bukunya Southeast Asia in the Age of Commerce dan Barus
terkenal sebagai eksportir minyak wangi barus (bukan kapur barus) yang sangat
disukai oleh pangeran dan bangsawan Arab Parsi dan China. Bangsawan Cina menyukai
minyak wangi Barus itu sejak abad ke-6.
Karena pengguna
minyak wangi Barus adalah para pangeran-pangeran dari negeri-negeri yang paling
maju dan paling dinamis pada abad-abad itu, dapat dipastikan harganya sangat
mahal dan hanya orang-orang kaya serta pedagang yang bermodal saja yang
terlibat dalam transaksi perdagangan komoditas untuk kaum elit tersebut; dan
sesuai dengan tradisi yang berkembang di dunia Muslim , para pedagang Muslim di
Barus menyediakan amal jariyah bagi ulama’ yang bersedia menemani para pedagang untuk tinggal dan
mengembangkan aktifitas pendidikan dan pengajaran Islam di Negeri yang jauh, Barus.
Dapat
dipastikan bahwa syekh-syekh yang menyertai pedagang itu ulama’ yang tinggi
ilmu pengetahuannya, karena dalam kurun waktu sekitar 200 tahun telah dapat
menumbuhkan Kesultanan Lamreh yang lahir diwilayah ini menjelang tahun 1200.
Oleh karena itu, sebagai bagian dari studi kepesantrenan, situs Barus menjadi
sangat penting karena situs tersebut dapat mengungkap awal berdirinya lembaga-lembaga
pendidikan Islam di Indonesia yang dalam proses panjang melahirkan ulama’ dan
tokoh-tokoh yang mengubah bangsa Indonesia dari semula beragama Hindu Buddha
menjadi penduduk Muslim terbesar di dunia (214 juta jiwa pada tahun 2011).
Proses
terbangunnya pemukiman di pantai-pantai menyebabkan lahirnya lembaga-lembaga
pesantren dan menumbuhkan sejumlah ibukota kesultanan. Karena yang diketahui
paling tua adalah Kesultanan Lamreh pada sekitar tahun 1200 di wilayah Sumatera
Utara maka tahun 1200 dijadikan Ricklefs sebagai tahun awal berkembangnya kesultanan
Islam. Awal proses berkembangnya kesultanan-kesultanan itu akhirnya merata ke
seluruh kepulau Nusantara. Dengan demikian, Lamreh menjadi titik tolak
berkembangnya”Sejarah Indonesia Modern” yang Islami serta menjadi unit koheren
yang berkelanjutan hingga sekarang. Sejarah dunia mencatat Indonesia sebagai
negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia.( Zamakhsyari Dhofier )
Sejarah Awal Pesantren